History Travel Kota Medan
Istana Maimun
Istana ini menjadi pusat Kesultanan Deli. Sebagai catatan dinasti Kesultanan Deli diawali oleh Muhammad Dalik yang menjadi Yang di-Pertuan Haru pada tahun 1630 atas pengangkatan sltan Aceh. Usai wafat, anaknya yang bernama Panglima Parunggit melanjutkan kerjaannya sebagi Yang di-Pertuan Haru dan Panglima deli. Kemudian anaknya Panglinga Parunggit, Tengku Panglima Padrap menggantikannya dengan gelar kerajaan Emir deli (1700-1720). Ketika Panglima Padrap wafat, anak keduanya yang bernama Tengku Panglima Gandar Wahid merebut jabatan emir dari kakak tertuanya. Sultan Deli saat ini adalah Othman Mahmud Ma'mun Padrap Perkasa Alam Shah, yang dinobatkan pada bulan Mei 1998.
Memasuki ruangan tamu (balairung) Istana Maimun, ada singgasana yang didominasi warna kuning. Lampu-lampu kristal menerangi singgasana, sebagai bukti ada pengaruh budaya Eropa. Pengaruh itu juga tampak pada perabotan istana seperti kursi, meja toilet, dan lemari hingga pintu dorong menuju balairung. Ruangan seluas 412 M2 ini digunakan untuk acara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya. Balairung juga dipakai sebagai tempat sultan menerima sembah sujud dari sanak familinya pada hari-hari besar Islam. Lebih ke dalam lagi, ada 20 kamar di lantai atas dan 20 kamar lagi di bagian bawah. Belum termasuk 4 kamar mandi, gudang, dapur, dan ruang penjara di lantai bawah.
Arsitekturnya perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa. Sebagian material bangunannya konon juga didatangkan dari Eropa, seperti ubin, marmer, dan teraso. Arsitektur gaya Belanda nampak pada pintu serta jendela yang lebar dan tinggi. Sedangkan pengaruh Islam terlihat pada bentuk lengkungan atau arcade pada sejumlah bagian atap istana. Lengkungan yang berbentuk perahu terbalik itu dikenal dengan Lengkungan Persia, banyak dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, dan India.
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan terindah di Medan. Lokasinya mudah dijangkau, baik dari Bandara Polonia (sekitar 10 km) maupun Pelabuhan Belawan (sekitar 28 km). Bangunan bersejarah ini terbuka umum setiap hari dari pukul 08.00 sampai 17.00
Masjid Raya Al Mansun

Pengaruh kesenian Islam nampak pada denah, atap kubah, lengkungan (arcade), dan hiasan bulan sabit pada puncaknya. Terlebih lagi pada ornamentasinya, baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan (face Arcade) yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan.
Motif seperti itu juga terlihat pada bentuk terali besi tingkap-tingkap segi empat maupun lengkungan, seperti ukiran dinding gaya India. Di Indonesia hiasan semacam ini sering disebut hiasan Terawangan atau Kerawangan. Selain sebagai hiasan, juga berfungsi sebagai fentilasi atau lobang angin.
Masjid terindah di Sumut ini hingga kini masih dipergunakan oleh masyarakat muslim untuk sholat setiap hari. Berkat arsitekturnya yang khas dan tentu saja niai sejarahnya, masjid ini kerap dikunjungi wisatawan mancanegara.
Ada lagi masjid milik peninggalan kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1886 yaitu Masjid Labuhan. Arsitektur Mesjid Labuhan unik bergaya India dengan kubah segi delapan. Masjid Labuhan terletak di Jalan Raya Medan Belawan, sebelah Utara dari pusat Kota Medan.
Technorati Profile